Perkenalkan, saya Tommy Saputra,
seorang pemula dalam dunia blog. Ketertarikan pada blog diawali saat saya
diberi tugas oleh salah seorang dosen saya. Dan sepertinya saya harus
mengamalkan, “ berikanlah apa yang kamu miliki, walau itu hanya satu kata”,
seperti yang saya temukan selama belajar blog.
Dalam blog ini, saya lebih
menekankan pada bidang pendidikan, terutama informasi yang berkaitan tentang
perguruan tinggi, penerimaan mahasiswa baru, dan lain-lain. Harus saya akui,
tema ini sangat membawa beban mental yang berat bagi saya, mengapa ?, itu semua
karena saya bukanlah orang yang berhasil lulus di perguruan tinggi favorit yang
tentunya tidak akan bisa menjadi inspirasi bagi orang lain. Namun, dibalik itu
semua saya ingin blog ini menjadi guru yang baik untuk memperbaiki semua
kesalahan saya, dan mungkin bisa menjadi sedikit pelajaran bagi adik-adik yang akan
menghadapi berbagai tes PTN nantinya. Semoga saja dengan mengetahui kekurangan saya
mereka bisa jauh lebih baik dari saya.
Gagal di Ancora Foundation adalah
kegagalan pertama saya untuk merajut mimpi. Ancora Foundation merupakan salah
satu seleksi bagi siswa Indonesia yang berminat untuk melanjutkan studi ke
perguruan tinggi yang ada di Malaysia. Saya mungkin terlalu percaya diri untuk ikut
tes ini, padahal di sekolah, saya hanya siswa yang biasa-biasa saja,
bermodalkan keberanian untuk mencoba saja, saya mengirim semua berkas itu ke
Jakarta.

Kesempatan untuk mengikuti SNMPTN
Undangan pun saya terima, saat itu semua pilihan saya isi dengan program studi
kedokteran. Saya sadar, nilai rapor saya tidak terlalu mendukung untuk menjadi
seorang dokter, namun dokter merupakan sebuah cita-cita yang saya
idamkan sejak
saya kecil, bahkan saya telah berjanji kepada nenek dan kakek saya yang kini
telah meninggal dunia untuk mengobati mereka dikala tua. Hal itu juga di dorong
oleh lingkungan keluarga yang memiliki basis kesehatan. Mama saya adalah
seorang bidan. Sewaktu saya kecil, mama bekerja sebagai bidan desa, dan sejak
saat itu saya telah terbiasa melihat mama membantu orang lain, bahkan suatu
malam kami pernah pergi kerumah penduduk yang ada di tepi bukit, dan jauh
sekali dari dari keramaian penduduk. Meski saya tahu mama orangnya penakut,
tapi untuk menolong nyawa orang lain dia seakan melupakan ketakutannya memasuki
gelapnya hutan belantara. Saya pun tidak tahu dengan siapa saya digendong saat
itu, yang jelas dia hanya seorang lelaki tua dengan baju yang kumal. Bahkan, di
perjalanan lelaki itu menginjak seekor ular, saya menangis dan memanggil mama
saya, tapi lelaki itu hanya santai seakan tidak ada masalah. Itulah mengapa
saat SNMPTN Undangan saya memilih kedokteran, karena jika saya memilih program
studi lain yang tidak terlalu saya impikan, dan saya lulus disana, mungkin
penyesalan lebih besar datang daripada sesal saat ini. Dan ini menjadi bukti, bahwa nilai 99 dan 98 yang pernah ada di raport saya tidak bisa membantu apa yang saya inginkan. mungkin itu semua sudah menjadi rahasiaNya yang sangat sulit untuk kita duga.
SNMPTN Tertulis pun saya ikuti,
lagi-lagi saya memilih kedokteran, Universitas Indonesia dan Universitas
Sumatera Utara menjadi pilihan saya. Hasil try out saya baru lulus di pilihan
kedua, namun itu sangat berisiko tinggi, dan saya sangat paham hal itu. Banyak
orang yang meragukan saya, mulai dari teman, bahkan guru-guru saya disekolah.
Namun, selama keluarga masih mendukung, saya tetap berusaha semaksimal mungkin
tanpa mendengar ucapan orang yang menyangsikan kemampuan saya. Saat itu mereka
benar, saya memang tidak lulus. Namun saya puas, saya lebih berani menggapai
mimpi saya dari mereka.
Kegagalan terus datang
bertubi-tubi, di SIMAK UI dan UMB PTN. Akhirnya saya lulus di Sastra Jerman
UNPAD melalui SMUP 2012. Namun kesempatan ini tidak saya ambil, meski saat
gathering pihak kampus telah menjelaskan bahwa jurusan ini cukup menjanjikan, karena UNPAD telah
bekerja sama dengan pihak Jerman melalui sebuah program yang lulusannya bisa
langsung kerja di Jerman dengan gaji yang lumayan besar. Cukup menarik, namun
hal ini jauh dari apa yang saya impikan.
Akhirnya saya ikut tes di sebuah
universitas swasta di tanggerang. Pada hakikatnya tentu saja lulus seleksi ini
mudah, dan peluang lulus sangat besar. Dari hasil seleksi itu pun, saya
termasuk mahaiswa yang mendapat beasiswa. Saat ini saya mengambil program studi
bahasa Inggris, hal ini lebih saya sukai karena manfaat nya jauh lebih besar
buat saya.
Saya senang berada di kampus ini.
Universitas Buddhi memberikan pengalaman yang begitu besar bagi saya. Menjadi
mahasiswa minoritas, karena disini mahasiswa muslimnya sangat sedikit, bukanlah
penghambat untuk saya. Saya diterima dengan baik, dan bahkan saya sangat senang
menjadi bagian dari kampus ini.
Namun, ini bukanlah jalan utama
saya. Saya akan kembali hadir dalam seleksi tahun depan, InsyaAllah. Dan
mungkin anda sudah tahu apa pilihan saya nantinya.
Cerita ini saya lanjutkan pada Selasa, 14 Oktober 2013. Setahun setelah saya melakukan perjuangan dan doa.
Hari-hari kuliah di Buddhi pun saya nikmati. Bertemu dengan teman-teman yang sangat mendukung dan mengerti keadaan saya. Saya bersyukur pada Tuhan telah dipertemukan dengan mereka. Saya juga mendapatkan ilmu yang diperoleh dari dosen-dosen yang sangat paham keinginan saya. Ada cerita yang tidak bisa saya lupakan, saat semester 2 dimulai, saya ingin ikut bimbel kembali di Nurul Fikri Tangerang. Namun tentu saja jadwal saya tabrakan dengan jadwal kuliah. setiap senin-jumat, selesai kuliah jam 12.30 saya harus segera bersiap2 ke tempat bimbel, perjalanan memakan waktu 20menit, saat perjalanan saya sempatkan untuk makan snack pengganti makan siang. Selalu terlambat datang ke bimbel. Hari Selasa dan Jumat pun jadwal kuliah dan bimbel tepat berada di waktu yang sama. Akhirnya saya langsung saja cerita ke dua dosen di Buddhi, alangkah terkejutnya saya, ternyata mereka mengikhlaskan saya tidak masuk di kelas mereka asal mengerjakan tugas tambahan yang mereka sediakan. Jadi, selama 1 semester saya hanya masuk 1 kali dalam kelas, Alhamdulillah saya diberi nilai A oleh kedua dosen tadi.
Selama bimbel pun ada sedikit rasa pesimis, soalnya saya sudah lupa pelajaran ketika di SMA, tapi itu semua bisa diatasi berkat dukungan dari orang2 sekitar yang terus mendukung saya.
Singkatnya, masa pertarungan kembali datang. SBMPTN 2013 merupakan tantangan yang makin sulit bagi alumni SMA yang kembali mengulang berjuang karena kuota yang disediakan hanya 30%, sedangkan untuk SNMPTN 50% dan mandiri 20%. Saya mengambil Kedokteran UI, Kedokteran Unej dan Kedokteran Unand di SBMPTN 2013. Ya, saya kembali tidak lulus. Alasannya cukup sederhana, karena saat tes saya dihadapi banyak permasalahan internal, dan juga eksternal, salah satunya salah lokasi ujian, sehingga saya terlambat mengerjakan soal. hahahaha. Kemudian saya ikut SIMAK UI 2013 dengan pilihan jurusan Kedokteran dan Teknik Kimia, ya, tidak lulus lagi. Selanjutnya UM-UGM, saya memilih jurusan Kedokteran dan Teknik Kimia, YA, karena TIDAK KAPOK mengambil jurusan ini, saya juga tidak lulus.
Awalnya saya memang lebih mempersiapkan untuk kuliah di PTS. Om saya pun menawarkan Universitas Kristen Jakarta, Trisakti Jakarta dan UPN Veteran Jogjakarta.Namun karena kesibukan kuliah, saya baru sempat mendaftar di Trisakti di jurusan teknik pertambangan dan UPN Jogja Teknik Perminyakan, untuk Universitas Kristen Indonesia awalnya saya ingin memilih jurusan Hubungan Internasional, lagi-lagi saat pendaftarannya juga sama dengan jadwal UAS saya di kampus Buddhi. Bahkan saya hampir saja membayar uang kuliah di UPN Jogjakarta ini, untunglah takdir masih berkehendak lain.
Kemudian saya ikut tes UMB PTN 2013, SPM Itera-ITB, Monbugakusho 2013, dan SMITS.
Alhamdulilah, saya lulus di tahap pertama Monbugakusho 2013, saya pun mulai berani bermimpi untuk melanjutkan studi di Jepang, namun sayang tes berikutnya yang dilaksanakan di UI, saya tidak lulus.
Alhamdulilah kembali saya lulus di Itera-ITB jurusan teknik Geofisika, saya pun mulai membayangkan bisa menikmati kuliah di kampus ITB dengan segala fasilitasnya dan bertemu dengan teman-teman saya yang kuliah di Bandung sana. Memang teman-teman sekelas saya dulu dominan kuliah di Bandung, sempat terpikir lagi akan kembali menjelajah kota ini seperti tahun lalu saat diterima di Unpad. Wah, sepertinya menyenangkan bisa bertemu lagi dengan teman teman lama.
Alhamdulilah saya juga lulus di kedokteran Uniba.
Alhamdulilah kembali saya lulus di Teknik Kimia Unsyiah 2013. Dan Alhamdulilah sekali, saya juga LULUS di TEKNIK KELAUTAN ITS.
Saat itu saya mulai "galau". Universitas apa yang akan saya pilih. Pertama, saya tidak akan memilih Kedokteran Uniba karena itu Universitas swasta, dengan jurusan kedokteran saya tidak mungkin kuliah disana. Kedua saya tidak diizinkan orangtua kuliah di Aceh, sehingga saya tidak memilih Unsyiah. Tinggal 2 pilihan, Itera-ITB atau ITS.
Jujur saja, saya tidak pernah tahu apa itu ITS dn saya tidak pernah memikirkan untuk kuliah disana, saya baru tahu infonya setelah Om saya yang memberi tahu, yang kebetulan juga bekerja di salah satu perusahaan asing di Jakarta yang bergerak di bidang perminyakan, bahwa lulusan ITS sangat diminati di kantornya.
Saya juga heran kenapa Om saya tidak menyuruh memilih Itera-ITB, padahal jika saya memilih Itera, saya bisa kuliah di kampus ITB, dosen-dosennya dari ITB, segala fasilitasnya juga ITB. Tapi, om saya tetap menganjurkan ITS.
Dengan pertimbangan itu, saya akhirnya memilih ITS. Saat pertama kali mendarat di Surabaya, yang ada dalam pikiran saya adalah ITS merupakan kampus kecil yang ada di Indonesia timur, tapi, setelah saya sampai di kampus ITS saya benar-benar terkejut." Oh, God, why I didn't choose ITS Last year ?"
Saat tes-tes lanjutan dari ITS, aura ITS sebagai kampus yang besar juga sangat terasa. ITS merupakan kampus dengan semangat perjuangan, kampus pahlawan. ITS juga kampus gudang prestasi, saya terkagum-kagum atas prestasi ITS di tingkat Internasional dan juga kreativitas mahasiswanya. Disini saya mulai sadar dosa saya, yaitu telah menutup hati saya, sehingga dulu tidak pernah melirik ITS 1 persen pun.
Saya menjadi tambah kaget, ternyata saya TERSESAT DI JALAN YANG SANGAT BENAR. Teknik Kelautan ITS merupakan teknik kelautan tertua di Indonesia, yang juga satu-satunya berada di bawah Fakultas Teknologi Kelautan. Fakultas Teknik Kelautan ITS merupakan pusat studi ilmu kelautan di Asia, yang hanya ada di Indonesia (ITS) dan Korea Selatan. Dan, jurusan ini juga telah diakui setara Oleh RINA di eropa sana. Mimpi saya untuk menjadi dokter selama 15 tahun lebih langsung hilang, dan saya sangat bersyukur dan tidak akan pernah menyesal belajar di jurusan ini.
Kata salah seorang dosen ITS, pak Najib, ini adalah salah satu kepingan surga yang jatuh ke tanah Indonesia, Surabaya.